Hi xpert people,
Jumpa lagi di artikel terbaru, kali ini kita nyoba menjawab salah satu keraguan orang-orang memulai bisnis clothing mereka, ngga tau cara jualan-nya. Karena ketakutan hampir semua pebisnis pemula sama, yaitu takut produknya ngga laku. Kalo kamu punya perasaan yang sama, ayo jadian, artikel ini pas banget buat kamu!
Oiya, sebelum lanjut, baca dulu Memulai Brand Clothing Part. 2, biar nyambung. Bagi yang udah, bisa lanjut baca, kuy!
Hampir semua bisnis sedikit sekali yang buka hari ini, bisa langsung laris di hari besoknya, semuanya perlu waktu dan proses. Begitu juga di bisnis clothing. Jadi kalo kamu termasuk yang punya ekspektasi di atas, mendingan benerin dulu mindsetnya. Kalo udah, kita lanjut.
Survey kecil team Xpertees ke ratusan konsumen yang berencana bikin brand mereka di sini, salah satu ketakutan mereka memulai bisnis ini adalah produknya tidak laku dan kalah bersaing dengan brand lain. Padahal, brand lokal yang saat ini besar pun punya ketakutan yang sama ketika memulai brand clothing mereka, tapi sambil berjalan, mereka belajar memahami bisnis ini —learning by doing, dan melakukan banyak perbaikan hingga sekarang dikenal sebagai brand yang ternama.
Di semua jenis bisnis, konsistensi dan resiliensi (daya tahan) akan jadi faktor penentu berhasil atau nggaknya sebuah bisnis. Mungkin kamu kenal temen atau kerabat yang pernah bisnis clothing, tapi sekarang ngga keliatan lagi bisnisnya, salah satu alasannya pasti ngga jauh-jauh dari, “Ah susah jualannya bro!”
Bukan susah, mungkin dia belum tau cara-caranya.
Di artikel kali ini, kami mencoba merangkum beberapa masalah yang sering dihadapi di awal-awal membangun brand clothing, berdasarkan survey dan pengalaman ngobrol-ngobrol dengan brand-brand clothing lokal yang sudah berjalan, di akhir artikel kita juga sempet ikutan workshop bareng owner Erigo, Thanksomnia, Urbain, bahkan founder Jakcloth. Kuy!
Death Stock
Bocoran, meski minimal order di Xpertees yaitu 24 pcs, nyatanya banyak juga orang atau brand yang berani order dengan banyak artikel, mulai dari 5 sampai 10 artikel di awal orderan pertama mereka, ada yang langsung produksi 100, 200, atau 300 pcs, bahkan ada yang langsung 1000 pcs.
Kita penasaran, “Mas ngga takut death stock nih?”
Jawabannya, “Takut sih, tapi kita udah matengin penjualannya sih mas.”
Nah, balik ke awal perencanaan strategi membangun brand, terutama pasar yang akan ditarget dengan konsep brand kamu (Baca artikel yang membahas tentang Konsep di sini). Kebanyakan brand pemula biasanya menyiapkan pasar sebelum mulai memproduksi produk. Risetnya mulai dari yang kecil-kecilan, sampe yang level rijit. Mulai dijual di kalangan sendiri, komunitas, sampe mikirin nanti akan di-endorse ke siapa, kolaborasi bareng siapa, ikutan event apa, atau distock ke distro-distro mana.
Salah satu keuntungan bisnis clothing adalah, produknya ngga akan basi. Pertanyaannya, kalo produkmu belum laku juga, sudah sejauh mana kamu mendistribusikan produkmu?
Apakah kamu sudah nyoba endorse ke influencer?
Apakah kamu sudah nyoba paid promote ke media-media brand lokal?
Apakah kamu sudah nyoba tawarkan produk ke distro-distro?
Apakah kamu sudah nyoba ikutan event-event?
Apakah kamu sudah jual online di platform-platform seperti instagram, shopee, tokopedia, atau whatsapp?
Apakah kamu sudah belajar online marketing? (Facebook Ads atau Google Ads)
Apakah kamu sudah nyoba kerja sama titip jual atau consignment?
Endorse influencer artis atau paid promote di Instagram pastinya akan ngorek kocek kamu lagi, meski kamu juga bisa lakukan dengan cara gratisan; misal titip jual di distro, titip jual di pop up store, consignment, atau endorse produk ke influencer tertentu, tapi beberapa brand ngga takut ngeluarin duit untuk promosi, karena cara ini yang paling efektif supaya ‘brandnya dikenal dulu’, meski berdarah-darah di awal.
Xpertees ngikutin betul strategi Erigo mulai dari awal-awal hingga kini jadi salah satu brand clothing lokal terbesar di Indonesia. Suatu kali kita dikasih kesempatan ketemu langsung sama ownernya, Mas Sadad.
Dia sendiri bilang, di awal-awal membangun Erigo, biaya marketing yang dikeluarin gila-gilaan katanya, biaya endorse dan paid promote yang dikeluarin juga ga sedikit. Apalagi harga dan promo bundled-nya bisa dibilang yang paling berani dan menarik. Sejak awal, Erigo ngga takut produksi banyak, karena dia yakin, makin banyak produk akan makin banyak pilihan. Urusan jualan, yang penting Erigo dikenal luas maka orang-orang akan kenal dan loyal ke brand-nya.
Ditanya death stock? Mas Sadad bilang ngga takut, karena produknya bisa dijual di pameran-pameran atau dijual di banyak market place. Dia justru takut kalo kehabisan produk.
Tentu strategi Erigo bukan satu-satunya cara untuk jadi brand lokal yang gede. Kalo kamu mau cara yang slow but sure juga bisa, yang jelas ketika sehari dua hari bahkan dalam sebulan produkmu belum laku, harus banyak-banyak perbaikan dan survey. Belum tentu produkmu jelek, tapi bisa jadi belum menjangkau banyak orang.
Owner brand-brand lain juga punya strategi mereka sendiri, akan dibahas di artikel lainnya ya. Pegel nih ngetik!
Nah gimana? Adrenalin kamu udah naik belum untuk memulai bisnis clothing brand lokalmu sendiri? Meski tahun 2020 jadi tahun berat buat UMKM, tahun 2021 diprediksi kondisi ekonomi akan membaik, dan akan meningkat beberapa kali lipat untuk mengejar resesi. Ini kesempatan yang baik.
Segera konsultasikan rencana produksi kamu bersama kami, jangan sampai kehabisan slot produksi! Hubungi CS kami di halaman kontak. Goodluck!